Sabtu, 20 Agustus 2011

Edward Bloom, Nietzsche, dan Anarkhisme

Edward Bloom telah mengetahui bagaimana ajalnya datang sejak kecil. Hal ini diketahui saat Edward kecil bersama beberapa temannya, pada suatu malam menyelinap masuk ke halaman rumah seorang penyihir. Penduduk setempat meyakini, mata si penyihir dapat memberikan gambaran mengenai ajal sesorang. Edward kecil merupakan seorang yang pemberani, tantangan salah satu kawannya untuk masuk menemui si penyihir disambut Edward tanpa ragu-ragu. Tak ada petir, hujan, ataupun badai. Beberapa menit kemudian Edward keluar dengan si Penyihir di balakangnya. Kemudian, satu-persatu teman Edward melihat bagaimana akhir hidupnya dari bola mata si penyihir yang sebelumnya ditutupi penutup mata seperti bajak laut. Menjerit dan lari, hanya itu yang dilakukan teman Edward setelah melihat ajalnya. Tapi, tidak bagi Edward ia hanya berkata. “Oh, jadi begitu cara aku mengakhiri hidupnya.”
Kemurungan, ketakutan, kegelisahan tak hinggap pada hidup Edward setelah kejadian itu. Justru sebaliknya, hidupnya penuh dengan rasa optimisme, kebahagiaan, dan penuh tantangan. Edward muda menerobos semua nilai, norma, sistem dan dogma yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini hanya berlandas pada pertemuannya dengan si Penyihir saat ia kecil. Ia berteman dengan Karl, seorang dengan gigantisme yang membuat tubuh Karl seperti raksasa. Karl dianggap raksasa yang kejam yang suka memangsa hewan ternak warga, shingga dianggap momok menakukan oleh warga. Tak hanya itu, ia menerobos hutan belantara yang sangat berbahaya-menurut warga. Ia juga merobek nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya, Ia menikahi seorang gadis yang telah bertunangan dan siap untuk menikah. Hanya karena ia melihat gadis itu di pemakamannya, saat Edward memendang bola mata si penyihir.

Amor Fati, cintailah nasibmu, sebuah ungkapan penegasan dalam kehidupan yang digunakan oleh Friedrich Wilhelm Nietzshe, seorag filsuf berkebangsaan Jerman. Keadaan seperti ini nampaknya tepat untuk menjelaskan keadaan Edward Bloom, tokoh sentral dalam film Big Fish karya Tim Burton. Tim Burton mengisahkan Edward sebagai pendobrak kemapanan (dogmatisme) yang ada di masyarakatnya. Walaupun, ia bersandar pada penglihatan yang ‘diberikan’ si penyihir. Ia mulai mencintai kehidupannya dengan melakukan apapun yang ia kehendaki yang oleh Nietzshe disebut sebagai The will to power atau kehendak untuk berkuasa.
. Filsafat nietzshe selalu berkutat mengenai benar dan salah akan tetapi ia tak mencoba mendefinisikan mana yang baik dan mana yang buruk, sebagaimana yang telah dilakukan para filsuf sebelumnya. Relativisme, kata kunci dalam filsafat Nietzshe. Ini yang kemudian mengilhami filsuf Post-modernisme seperti baudrillard, Foucoult, derrida. Moral dan keyakinan merupakan hasil dari ruang dan waktu tertentu, dan karenanya tidak ada yang disebut ‘benar’ atau ‘salah’. Tidak ada benar atau salah menurut Nietzshe, yang ada hanya kehendak untuk berkuasa. Yakni, sebuah ekspresi keberhasilan duniawi.
Nietzshe menganalogikan kehendak untuk berkuasa dalam Rasa Iba. Kita akan merasa Iba saat melihat pengemis, kita seolah-olah kita mengalami penderitaan yang ia alami. Nietzshe mengamati bahwa usaha-usaha si pengemis yang membangkitkan rasa Iba dikarenakan mereka ingin ‘melukai’ hati orang laindan menunjukkan setidak-tidaknya mereka memiliki kekuatan untuk itu. Hingga pada akhirnya seseorang berderma kepada si pengemis. Tak sampai disitu, nantinya si pengemis akan berterima kasih kepada si pemberi. Menurut Nietzshe rasa Terima Kasih merupakan sebuah bentuk balas dendam dari si pemberi kepada si pengemis dan membalik peran-mengungkapkan kehendak untuk berkuasa tehadap seseorang.
Selain Amor Fati Edward Bloom juga ‘mengadopsi’ Nihilisme dari Nietzsche. Edward telah menerapkan Nihilisme, Edward telah meninggalkan semua teori, hukum, pengetahuan, nilai, norma yang sebelumnya sudah ada, dan direalisasikan dalam semua tindakan-tindakannya. Ia memunculkan sebuah orisinalitas yang hanya dimiliki oleh Edward. Hinnga ia mencintai kehidupannya
Nihilisme secara harfiah berarti ketidakpercayaan kepada apapun, pada titik yang tidak terlalu esktrim konsep ini merupakan penolakan terhadap nilai-nilai dan tradisi-tradisi kontemporer, tetapi benar-benar memberikan kemungkinan alternatif. Walaupun, nihilisme menunjukkan kepada sifat yag hampa, kosong dan negative justru sebaliknya nihilisme yang akan membawa orang kepada Amor Fati. Sama halnya dengan Edward, nietzshe sendiri merupakan filsuf yang sangat positif, bahagia, dan optimis.
Orang-orang harus berani menolak dan melepaskan nilai-nilai dan pemikiran yang sudah ada untuk mencapai pemikiran yang baru. Dengan kata lain, Nihilsme merupakan syarat untuk mencapai sebuah orisinalitas pemikiran. Karena tidak akan ada gunanya untuk mengekor kepada pemikiran-pemikiran yang telah ada. Dalam berkreasi seseorang harus berkreasi dalam hal yang benar-benar baru. Orisinalitas dalam berkreasi yang membuat kreasi itu menjadi bermakna.
Nihilisme juga berarti kebebasan. Kebebasan terhadap apa yang sudah ada, nilai, norma, aturan sehingga mementuk individu yang bebas. Ini sejalan dengan semangat Anarkhisme. Anarkhisme mengkehendaki sebuah kebebasan dan kemandirian individu. Ia-Anarkhisme-berusaha melawan kemapanan yang telah ada, mencoba mangangkangi nilai, norma, yag ada. Karena Anarki kebebasan individu yang tidak boleh dikekang oleh hal-hal semcam itu yang dianggap memasung kebebasan ndividual. Dan, kemapanan yang ada dianggap menindas individu dengan memasng kebebasan individunya.
Tak hanya dalam tataran ide, Anarki juga melakukannya dalam tataran Praksis. Do It Yourself, merupakan sebuah tindakan keberlanjutan dari kebebasan individu. D.I.Y bukan berarti individualisme ekstrim, D.I.Y juga bukan berarti sendiri. Melainkan, mandiri maksudnya disini adalah melepaskan semua ketergantungan terhadap siapapun kelompok manapun karena dianggap bisa memasung kebebasan individu barusan sama seperti Nihilsme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar