Selasa, 17 April 2012

operator

Video berdurasi 5.31 menit itu memang cuma hanya rekaman tanpa ada video(gambar yang bergerak). Rekaman yang diunggah ke situs YouTube diberi judul Ngapak Cilacap vs Operator Telkomsel dan diunggah oleh pemilik akun hanifalviyanto. Di awal rekaman, ada operator Telkomsel yang menyapa dengan ramah,
“Telkomsel, selamat malam dengan Irfan disini, dengan bapak siapa saya bicara?” tanya si operator.
“Dengan Bapak Doeng,” jawab si penelepon.
“Dengan Bapak Doeng ada yang bisa kami bantu?”
“Ohhhh, iya iya mesti,” jawab si Doeng dengan logat ngapak
“Apa keluhan bapak saat ini?”
Ditanya seperti itu, Doeng malah menyeru supaya tidak mengejek. Si operator yang bingung menjelaskan masih dengan baik bahwa ia tidak mengejek, dan kembali menanyakan Doeng punya keluhan apa atas kartu Telkomsel-nya. Kemudian Doeng menjelaskan bahwa ia memiliki keluhan atas tarif kartu selularnya, namun tidak dipedulikan oleh operator. Saking kesalnya Doeng mengumpat dengan logat ngapak khas Cilacap. “ini saya tanya tentang tarif dari tadi tapi tak dipeduliin, koe tak tempiling (kamu mau saya pukul) apa?”
Operator yang bingung dengan bahasa Doeng, menyuruh Doeng bicara dengan bahasa indonesia yang baik dan benar. Doeng justru malah marah, ia malah memaki si operator dengan kelamin lelaki dalam bahasa Cilacap. Si operator masih tidak mengerti, dan masih menyuruh Doeng menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Sabtu, 14 April 2012

Harapan Hasibuan digantung di UNJ

Belakangan hari Hasibuan makin mantap menjadikan UNJ sebagai poros hidupnya. Kemantapan hati Hasibuan ada karena sebentar lagi putri sulungnya akan lulus Sekolah Menengah Kejuruan. Walau belum ada pengumuman lulus atau tidak putrinya, ia telah memilih UNJ sebagai perguruan tinggi tempat menuntut ilmu anaknya selanjutnya.

Memilih UNJ memang tidak sekonyong-konyong datang buat Hasibuan dan putrinya. Awalnya, si sulung ingin kuliah hukum di Universitas Kristen Indonesia (UKI). Fakultas Hukum UKI yang banyak diisi mahasiswa dari daerah yang sama jadi alasan utama, walaupun putrinya sekolah pada jurusan Akuntansi di SMK.

“Biar dari satu daerah, tapi universitas itu kan juga bisnis. Dalam bisnis tidak ada kata saudara,” kata Hasibuan. “saya cuma pedagang kecil, mengkuliahkan anak di universitas swasta jelas saya tidak sanggup.”

Pendapatannya dari membuka warung rokok dan kopi di pintu belakang UNJ dirasa Hasibuan tidak akan mencukupi biaya kuliah anaknya hingga selesai kuliah, makanya pilihan jatuh ke UNJ. Hasibuan yang sejak tahun 2001 berdagang di UNJ tahu biaya kuliah di UNJ tak terlalu membuat dompetnya kering kerontang.

Demi menempuh bangku kuliah, si putri melunak, ia mau kuliah di UNJ. Awalnya anak pertama dari empat anak Hasibuan ini mau masuk jurusan Seni Tari, namun Hasibuan tak mau begitu saja menerimanya. “mau jadi apa nanti? jadi penari kan harus pintar juga menyanyi. Lagipula pekerjaan macam itu harus menunggu pesanan,” Protes Hasibuan kepada anaknya.

Akhirnya Hasibuan dan anaknya sepakat Jurusan Akuntansi akan dipilih nanti. Selain si anak yang memang sudah belajar akuntansi sejak duduk di bangku sekolah menengah, Hasibuan berpikir panjang ke depan, “banyak perusahaan yang membutuhkan jasa Akuntan,” ujarnya. “Walau saingannya banyak, tapi saya percaya mukjizat Tuhan.”

Kini selain berdagang, Hasibuan punya kegiatan lain, yakni mencari informasi atas UNJ, khususnya tentang jalur masuk. Tapi Hasibuan alpa mencari informasi tentang biaya kuliah. Karena semenjak angkatan kuliah 2011 UNJ mengalami kenaikan biaya kuliah mencapai seratus persen.

Hasibuan tidak tahu bahwa gedung-gedung baru di UNJ yang persis terletak di belakang kiosnya membuat UNJ tega menaikkan biaya kuliah yang mungkin akan memotong harapan anaknya berkuliah. Yang Hasibuan tahu, gedung-gedung yang sedang dibangun itu turut membuat penghasilannya kembang kempis, “Di dalam proyek sudah ada kantin, penghasilan saya jadi berkurang,” keluh Hasibuan.