Minggu, 26 Juni 2011

Owen Story: Sekolah Binatang (tamat)


“Semangat betul kau Owen, hingga baru pulang selarut ini,” Prof Uber membuka pembicaraan saat Owen baru saja tiba di rumah.
Owen tidak langsung menjawab.
“Hey, burung hantu! Aku menanyamu!”
“Hancur,” jawab Owen singkat.
“Apanya?”
“Sekolah Binatang.”
“Mengapa.”
“Ternyata, bagaimanapun juga binatang tak akan mampu menjadi manusia,” keluh Owen “Badan Wilhelm memar karena jatuh dari pohon, hingga berkelahi dengan Illinov, Duke juga. Turton kakinya patah, bahkan Leona hingga pingsan saat mencoba untuk berenang. Dan seluruh murid sekolah binatang mengalami cedera.”
“Apa yang telah kamu lakukan Owen?”
“Membuat sekolah,”
“Bukan itu maksudku, mengapa kau menyuruh seekor babi dan bebek untuk memanjat, Kura-kura untuk berlari, bahkan seekor kucing hutan untuk berenang?” Tanya Prof Uber heran.

Owen Story: Sekolah Binatang (4)


Baru pukul 1.30 siang mereka bergegas ke padang ilalang untuk menggelar mata pelajaran ketiga yaitu berlari. 15 menit kemudian rombongan binatang sampai di Timur Hutan. Kali ini para binatang membentuk barisan ke samping. Mereka mencoba berlari bersama. Saat aba-aba diberi oleh Owen, mereka berlari serempak. Leona ada di urutan terdepan bersama si rubah. mereka saling balap-membalap. Di urutan paling belakang, ada Duke dan Wilhelm, dan Turton.
Josh yang besar ada di depan ketiga binatang tersebut, saat jarak yang sudah cukup jauh, saking letihnya Josh melambat dan menginjak Turton.
“Ahhhhhhhh, kakiku!” teriak Turton. Mendengar itu Josh kaget dan terjatuh. “Gedubrak!” bunyi jatuh Josh.
“Berhenti semuanya!” perintah Owen.

Owen Story: Sekolah Binatang (3)


Jam 8 pagi Owen sudah sampai di pohon besar di tengah hutan, Leona, dan Kun malah sudah sejak setengah jam yang lalu tiba di pohon. 15 menit kemudian Wilhelm dan Turton juga tiba.
“Kupikir aku yang datang paling dahulu,” sombong Turton.
Tak lama berselang Duke, Illinov, dan Josh juga datang. Mereka datang dengan berisik, Josh dengan tapak kaki yng besar saat berjalan sempat membut tanah di hutan sedikit bergetar, belum lagi Illinov yang mulutnya tak pernah berhenti berkicau.
“Perkenalkan ini Illinov dan Josh. Mereka juga ingin berpartisipasi dalam sekolah binatang,” Ucap Duke.
Belum tepat pukul 9, para binatang sudah berkumpul. Dengan sigap Owen nangkring di dahan pohon yag tak terlalu tinggi, supaya dilihat oleh para binatang.
“Baiklah, karena sekarang sudah jam 9 tepat bagimana bila kita langsung memulai sekolah kita? Dan seperti yang telah kita sepakati, pelajaran pertama kita adalah memanjat. Leona, Illinov dan Wilhelm kalian maju ke depan dan coba praktikan bagaimana cara memanjat,”

Owen Story: Sekolah Binatang (2)

Sampai di hutan, Owen bertemu dengan Kun, seorang merpati putih. Tak banyak basa-basi Owen langsung mengutarakan niatnya untuk mendirikan sekolah. Tak lupa ia memberitahu tentang beda binatang dan manusia, serta kegunan akal.
“Ini berguna supaya kita bisa menjadi binatang yang sesungguhnya, bahkan bukan mustahil kita bisa melampaui manusia,” jelas Owen.
“Apa kau serius, Owen?” tanya Kun.
“Iya makanya aku ke hutan, dan meminta bantuanmu untuk memberitahu pada binatang yang lain. Tiga jam lagi kita berkumpul di pohon besar di tengah hutan untuk membicarakan niatku dan mengkonsepkan sekolah kita,”
Mereka berpencar, setiap bertemu binatang. Owen dan Kun memberitahukan pertemuan di pohon besar tengah hutan guna membahas pendirian sekolah tersebut. Semua binatang yang ditemui menyetujui ide pembentukan sekolah tersebut. Baru  dua jam saja  sudah ada 20 binatang beragam jenis berkumpul. Dan sesampainya Owen disana, para binatang langsung membentuk barisan.

Owen Story: Sekolah Binatang (1)



Owen adalah seekor burung hantu tua. Ia adalah binatang peliharaan seorang Profesor pendidikan, Uber Kaczynski. Di rumah Prof. Uber, Owen tidak disangkarkan sebagaimana banyak burung-burung lain, ia dibiarkan bebas, karena di rumah Prof. Uber banyak dirimbun pepohonan. Bagi Prof. Uber, Owen adalah teman diskusinya, ini karena Prof. Uber tinggal sendiri, istrinya telah meninggal tanpa memberi keturunan sejak dua puluh tahun lalu. Dan Owen telah menjadi sahabat bagi Prof. Uber sepeninggal istrinya.
Sore itu, Prof Uber baru saja selesai mengajar di Schole University, universitas yang memberi gelar guru besar dalam bidang pendidikan untuknya. Seperti biasa, ia segera bergegas pulang karena sedang tak ada aktifitas di kampus ditambah penyelesaian buku terbarunya. Prof. Uber lebih suka membaca, diskusi dan menulis sembari minum kopi ketimbang mengurus tetek bengek ke-administrasian di kampus. Bahkan dalam tiap kelas yang ia ajar, mahasiswa tak pernah diabsen, karena menurutnya ruang kelas sekarang benar menutup aktualisasi peserta didiknya sebagai manusia.