Sabtu, 20 Agustus 2011

Pacar Merah Berwarna Abu-Abu


Genre Fiksi dijadikan alternatif dalam dunia kesustraan untuk bersembunyi dari pengawasan Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda.

 Hasbullah Parindurie alias Matu Mona terlecut semangatnya saat diperlihatkan sekitar empat atau lima pucuk surat oleh Adinegoro, pemimpin redaksi Harian Pewarta Deli-harian di Medan yang terbit pada 1930-an. Matu Mona menemukan gagasan kemerdekaan Indonesia dalam surat yang dibacanya. Bagaimana tak terlecut semangatnya, pada periode itu Indonesia masih dalam cengkraman Kolonial Belanda.
 Matu Mona yang juga seorang redaktur Pewarta Deli merangkap sastrawan memutuskan menulis sebuh cerita dari surat yang dibasanya yang kemudian diketahui dikirim oleh Tan Malaka, seorang tokoh pergerakan di Indonesia. Awalnya, cerita Matu Mona terbit sebagai cerita bersambung di Pewarta Deli pada 9 Juli- 19 september 1933 dengan judul Spionnage Dienst (Pacar Merah Indonesia). Karena mendapatkan sambutan baik dari pembacanya, cerita tersebut kemudian dibukukan pada 1938.
 Apa yang sebenarnya Matu Mona tulis?, hingga ceritanya bisa mendapat antusiasme pembaca yang tinggi. Dalam jilid satu ini-buku ini terdiri dari tiga jilid, Matu Mona menceritakan bagaimana petualangan Tan Malaka sebagai Pacar Merah, buronan polisi rahasia kolonial Hindia-Belanda.

 Tan Malaka menjadi seorang buronan karena di Indonesia ia turut aktif mengecam penjajahan Belanda di Indonesia. Ia juga sempat aktif dalam Komunisme internasional (Commintern) yang berpusat di Soviet. Tan malaka dianggap berbahaya bagi pemerintah Kolonial Hindia Belanda, sehingga perlu dibuang ke luar Indonesia.
 Cerita dibuka Matu Mona dengan kedatangan seorang intel internasional yang sedang mencari Tan Malaka di Bangkok, Thailand. Di Thailand Tan Malaka bernama Vichitra, ini untuk memudahkan ia dalam masa pelarianya. Tan diduga ikut serta dalam pemberontakan PKI pada 1926 di Jawa dan Sumatera. Ia dicurigai berada di Bangkok, Karena ibukota Thailand itu selama ini memang dikenal sebagai tempat perlindugan para pelarian-pelarian politik dari berbagai Negara untuk meminta perlindungan. Karena di Thailand ada hukum yang tidak memperbolehkan menangkap orang-orang pelarian politik.
 Persembunyian Tan di Bangkok akhirnya tercium, ia memutuskan untuk  hijrah ke Tiongkok, China. Setelah sebelumnya sejanak berada di Kamboja. Di China ia bertemu dengan Alimin, salah satu pemuka PKI yang kondisinya sama denganya, sebagai pelarian politik. Alimin yang diberi nama Ivan Alminsky oleh Matu Mona, diutus oleh Komunis Soviet untuk mencari Tan Malaka yang saat itu telah memutuskan komunikasi dengan Komunis Soviet.
 Tan Malaka melakukannya karena Komunis Soviet dengannya sudah tidak memiliki kesamaan garis perjuangan dengan Soviet. dan secara diam-diam Tan Malaka bersama Soebakat-Soe Beng kiat, nama dalam cerita-dan Djamaludin Tamin-Djalumin-mendirikan Pari (Partai Republik Indonesia) untuk melepaskan diri dengan komunisme Soviet.
 Matu Mona juga menuliskan bagaimana gambaran bagaimana gerakan komunis di dunia dan di Indonesia. Misalnya, bagaimana pemuka-pemuka PKI setelah pemberontaan 1926 dijadikan pelarian politik seperti Muso-Paul Mussote, Darsono-Darsonoff, Semaun-Semounoff. Saat dijadikan pelarian politik mereka ditugaskan oleh komunis Soviet untuk menjadi biro-biro Commintern di bebagai Negara seperti Jerman dan perancis.
 Kenapa Pacar Merah
Mengapa  Matu Mona banyak memakai nama palsu dalam ceritanya? Padahal cerita yang ia angkat berasal dari kejadian nyata. Sebelum menjawab, kita hendaknya mengetahui kondisi politik pada saat Matu Mona menuliskan ini. Hukum yang diterapkan Hindia Belanda saat masa penjajahan sangatlah ketat. Maka, seorang harus berhati-hati dalam  menulis sesuatu terlebih lewat media massa.
 Yang dilakukan matu Mona merupakan caranya. Genre fiksi menjadi jalan keluar, karena saat itu hampir semua produk kesustraan pasti berkaitan dengan kondisi politik. Pun ia tak melulu menulis fakta, ia juga menambahkan dengan imajinasinya dalam menulis Pacar Merah.
 Karena lewat penulisan fiksi semacam ini pemeriksaan bisa sedikit longgar. Tidak seperti pada media massa, yang bias denga sepihak oleh permrtintah kolonial dijatuhi hukuman bila dianggap membahayakan.
 Nama Pacar Merah sebagai tokoh utama dipilih Matu Mona berdasar novel Scarlet pimpernel karya sastrawan perancis Baronesse Orczy. Karyanya dalam bahasa Indonesia dicetak dua jilid. Yakni, Patjar merah Terdjerat dan Litjin bagai beloet. Orczy dan Matu Mona sama-sama menuliskan sebuah perjuangan, spionase, penyamaran, hanya saja Orczy memplot seorang bangsawan Perancis sebagai tokoh utamanya, sedangkan matu mona menjadikan seorang  Tan Malaka, pejuang nasionalis sebagai Pacar Merah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar