Minggu, 26 Juni 2011

Owen Story: Sekolah Binatang (1)



Owen adalah seekor burung hantu tua. Ia adalah binatang peliharaan seorang Profesor pendidikan, Uber Kaczynski. Di rumah Prof. Uber, Owen tidak disangkarkan sebagaimana banyak burung-burung lain, ia dibiarkan bebas, karena di rumah Prof. Uber banyak dirimbun pepohonan. Bagi Prof. Uber, Owen adalah teman diskusinya, ini karena Prof. Uber tinggal sendiri, istrinya telah meninggal tanpa memberi keturunan sejak dua puluh tahun lalu. Dan Owen telah menjadi sahabat bagi Prof. Uber sepeninggal istrinya.
Sore itu, Prof Uber baru saja selesai mengajar di Schole University, universitas yang memberi gelar guru besar dalam bidang pendidikan untuknya. Seperti biasa, ia segera bergegas pulang karena sedang tak ada aktifitas di kampus ditambah penyelesaian buku terbarunya. Prof. Uber lebih suka membaca, diskusi dan menulis sembari minum kopi ketimbang mengurus tetek bengek ke-administrasian di kampus. Bahkan dalam tiap kelas yang ia ajar, mahasiswa tak pernah diabsen, karena menurutnya ruang kelas sekarang benar menutup aktualisasi peserta didiknya sebagai manusia.

“Selamat sore Owen, bagaimana harimu?” sapa Prof. Uber sesampainya di rumah.
“Seperti biasa hanya terbang pendek dari satu dahan ke dahan lain,” balas Owen.
“Hahahahaha, mau kuajari berenang tidak kau?”
“Bagaimana caranya Prof?”
“Aku bahkan tak pernah berenang, tapi aku tahu bagaimana membuatmu bisa berenang. Pertama aku akan membersihkan badanku dahulu, lalu aku akan memberitahumu sedikit tentang renang. Seperti biasa kutunggu kau di halaman belakang. Dan ingat, jangan buang air sembarangan,”
 “Dasar Profesor tua gak serius,” canda Owen.
“Hahahahahaha, kutunggu kau,” Prof. Uber mengakhiri pembicaraan.
Kira-kira 30 menit Owen menunggu di halaman belakang, lalu muncul Prof. Uber dengan membawa secangkir kopi dan cerutunya. Ia juga membawa komputer jinjing guna sedikit menyelesai bukunya. Owen yang tak sabar langsung menagih janji Prof. Uber untuk mengajarinya berenang.
“Cepat ajari aku berenang,” desak Owen.
“Sudah kubilang aku bahkan tak bisa berenang, burung cerewet!”
“Lantas mengapa mengaju diri mengajariku berenang?”
“Iseng, hahahahahahaha,” gelak Prof. Uber
“Profesor tua kurang kerjaan.”
 “Bila ingin belajar berenang, belajarlah dengan ikan, bukan manusia.”
“Bukankah manusia itu punya akal, jadi mereka bisa melakukan apapun. Bahkan membuat kaleng menyerupaiku pun bisa. Beda dengan kami, binatang,  tak memilik akal,” balas Owen.
“Kupikir binatang pun punya akal, atau paling tidak hal yang menyerupai akal. Hanya saja manusia lebih banyak menggunakannya ketimbang binatang. Manusia dahulu, dalam memenuhi kebutuhannya sama dengan binatang, ia musti berburu, mencarinya sendiri di hutan-hutan. Karena manusia mendapat pendidikanlah ia terus memulai peradabannya dan terus berinovasi,” Papar Prof. Uber.
“Jadi karena pendidikan?” Tanya Owen.
“Karena aku adalah profesor pendidikan, ya kubilang karena pendidikan. Kalau aku profesor ekonomi aku akan bilang karena binatang tak bisa berjualan.”
“Orang tua narsis,
“Hahahahahahahaha, bercanda. Tapi kupikir memang karena pendidikan manusia bisa menangani alam, beda dangan binatang yang hanya memanfaatkan alam. Dan oleh karenanya, lewat pendidikan manusia mengalami proses menjadi (Sein) bukan sekedar ada atau berada (Werden) seperti binatang.”
“Aku juga akan membinatangkan binatang, menuju emansipasi binatang,” kata Owen semangat.
“Bagaimana bila kau kembali ke hutan dan membuat sekolah? Paling tidak memberitahu mereka apa yang benar menjadi kebutuhan binatang dan bisa membantu keberlangsungan mereka nanti. Saat keberadaan binatang terjaga maka alam pun ikut terjaga.”
“Baiklah, dengan ini aku memperoleh gelar profesor pendidikan dan akan mengajari binatang-binatang lain. aku ingin membuat sekolah seperti para manusia.”
“Burung Hantu bodoh, gelar profesor hanya bisa kamu dapat lewat kuliah bertahun-tahun.”
“Tadi katamu lewat pendidikan manusia mendapat proses menjadi manusia kan? Bukan menjadi profesor?”
“Hahahahahahahahaha, oke skor imbang, dan dengan ini kamu kuangkat menjadi profesor pendidikan binatang pertama. Dan jangan lupa untuk pulang tiap sore karena aku di sini tak punya siapapun lagi kecuali kau”
“Baik, Pak Tua.”
Obrolan malam itu benar menyemangati Owen untuk memberi pendidikan kepada binatang-binatang lain. Banyak hal sudah ada di kepalanya untuk mempersiap sekolah yang akan ia dirikan. Sementara Owen sedang sibuk mempersiapkan konsep tentang sekolahnya, Prof. Uber membuka komputer jinjingnya dan lanjut menulis bukunya. Terlebih dulu ia membakar cerutunya dan menghisap dalam-dalam, tak lupa kopi buatannya yang mulai mendingin ia tenggak.
“Mengapa kau tidak kembali ke tempat tidurmu, menganai konsep sekolahmu bisa kau bicarakan dengan binatang-binatang yang lain. Biasakan untuk membuka forum,” saran Prof. Uber.
Owen lekas bergegas terbang ke dahan pohon halaman depan, tempat ia biasa membaring badan. Prof. Uber masih sibuk menulis di komputernya.
Esok Pagi, saat  saat Prof. Uber handak mengajar, Owen sudah mondar-mandir di atas pagar rumah.
“Bagaimana mungkin orang tua lambat macam kau bisa diberi gelar Profesor. Ayo lekas, aku sudah tak sabar membuat sekolah di hutan,”
“Burung cerewet!”
Mereka lantas meninggalkan rumah. Setelah sampai di ujung jalan mereka berpisah, Prof. Uber memberhentikan bus kota guna menuju kampus, sementara Owen terbang ke hutan.
“Sampai bertemu,” ucap mereka serempak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar