Mengapa agama masih bertahan di tengah modernitas?
Pembahasan akan kita mulai dengan konstruksi agama dalam perspektif Berger. Dalam The Sacred Canopy (1967) secara sederhana agama didefinisikan Berger sebagai hasil dari dialektika masyarakat yang punya faedah sebagai ikhtiar menuju tatanan masyarakat yang lebih baik dan makin sempurna
Agama dijadikan perpanjangtanganan atas eksplanasi-eksplanasi untuk apa-apa yang terjadi di luar dunia manusia, dan oleh karenanya di luar masyarakat. Hal ini terjadi karena manusia punya keterbatasan tertentu untuk berinteraksi dengan dunia.
Sebab manusia tak sama dengan hewan maupun tumbuhan yang memiliki konfigurasi langsung dengan alam, manusia harus membentuk dirinya sedemikian mungkin agar cocok dengan konfigurasi alam.
Dengan keterbatasan yang dimiliki itulah muncul konsepsi mengenai sebuah kekuatan yang Maha Dahsyat, yang dipercaya menjalankan semua operasi dunia. Sedangkan agama jadi jembatan untuk memahami yang Maha Dahsyat tadi.
Dari penjelasan di atas, satu kesimpulan singkat mampu diraih bahwa manusia jelas membutuhkan penjelasan-penjelasan mengenai apa-apa yang terjadi di luarnya. Penjelasan Berger tersebut mampu dipahami dalam konteks masyarakat tradisional dimana sarana IPTEK nya belum mampu mengakomodasi hal tersebut.